me_and this uncertain world

me_and this uncertain world
(tulisan ini menelanjangi isi hati saya)

Rabu, 22 April 2015

Morning Moaning

Mungkin kalian yang sudah sedari lama follow postingan di blog ini tahu kalau blog ini adalah tong sampah, dan beberapa postingan di dalamnya cuma sampah pemikiran saya yang serba absurd.

Kadang saya suka kepo sama blog orang-orang yang bertebaran di dunia maya. Rasanya makjleb ketika ada yang posting kira-kira bunyinya seperti ini , " Maaf sudah lama tidak posting, karena saya sedang mempersiapkan postingan sebaik-baiknya,, dan tidak mau memposting asal-asalan" Rasanya sakiiit (nada cita-citata sambil tepuk-tepuk dada)

Saya bukan tipikal blogger yang suka memikirkan mau posting apa berhari-hari sebelumnya. Saya hanya menulis sebisanya, kadang cuma ingin melimpahkan sebagian memoi yang udah penuh di kepala. Kadang, saya merasa postingan saya tidak penting. Tapi saya sangat menggebu-gebu ingin menulis. Mungkin saya bukan blogger yang baik, dan mungkin juga karena itulah follower blog ini cuma beberapa gelintir.

Okeh, kalau saya, bukan tipikal  penulis yang stick on the draft. Lebih sering saya tidak punya draft, dan membiarkan pemikiran saya berjalan apa adanya. Saya juga tidak tahu apakah blog ini berakhir menjadi bahan bacaan yang bagus atau sekedar nongkrong menuh-menuhin server blogger nun jauh di sana. anyway....

Rasanya sudah bosen membaca (baca : mendengar) menulis itu melegakan untuk saya. Hidup saya tidak pernah sempurna di dunia nyata, tapi tulisan-tulisan saya membuat saya bersyukur bahwa kehidupan saya tidak seburuk kelihatannya. Menulis membuat saya sadar bahwa Allah banyak memberikan kemudahaan dalam hidup saya. Saya punya pekerjaan tetap yang mungkin dimimpikan beberapa orang. Saya pernah tinggal di dalam Pandora Box. Saya pernah tidur siang di depan menara paling romantis di dunia. Saya memegang 1 gelar sarjana dan 2 gelar master, master chef dan master of ceremony. dan Saya pernah yang lain.

Menulis membuat saya sadar bahwa terkadang perspektif kita adalah yang paling penting dalam hidup. Saya pernah mengeluh bagaimana saya harus berjuang sendiri mencari nafkah untuk orang tua dan adik bungsu saya. Rasanya saya tidak pernah membeli barang mewah untuk diri saya sendiri dari hasil kerja keras saya. Tapiii... Ketika perspektifnya dibalik.... Bukannya saya seharusnya bersyukur saya punya ladang amal untuk berbagi dengan orang terdekat saya. Beberapa anak, ingin membalas jasa orang tua, tapi orang tua mereka bahkan bisa membeli lebih dari yang anak mereka punya. Saya bersyukur membahagiakan orang tua saya sangat mudahnya, sekedar mengajak mereka makan malam di restoran mereka bisa tersenyum lebar. atau membelikan sandal diskonan di departemen store. Coba bayangkan anak orang kaya raya tajir mampus, masa harus belikan lamborgini dulu baru kedua orang mereka tersenyum lebar?

Ini hanya masalah perspektif... sama seperti menulis... perspektif mana yang ingin kamu ambil......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar