me_and this uncertain world

me_and this uncertain world
(tulisan ini menelanjangi isi hati saya)

Minggu, 17 Januari 2016

React to friend's blog .... why women have to end up in kitchen

http://www.traceyyani.com/why-study-women-with-titles-will-end-up-in-kitchen/

link di atas, akan memberikan new perspective buat anda..... sungguh!
Penulisnya adalah PhD candidate dari Oxford University. dan dia adalah perempuan....

berbeda dengan saya, yang masih single, teman saya ini Tracey sudah berkeluarga, berdua dengan suami merantau jauh dari tanah air. Untuk saya yang single, mungkin kalian akan berpikir tahu apaaaa saya tentang hubungan antara menikah dan wanita harus end up in kitchen! Memang, saya tidak tahu,,, bagaimana rasanya menjadi seorang istri.. sehingga mungkin beberapa dari kalian akan berpikir belum saatnya saya terlibat dalam debat yang lagi populer seantero jagad sosmed working mom vs home-stayed mom! Saya juga bukan wanita berpendidikan tinggi seperti yang neng Tracey bilang di blognya (saya cuma lulusan universitas negeri di timur pulau jawa, melanjutkan master di kampus yang ada di jalan ganesha, lalu menang lotere untuk mengambil master lagi di utara Belanda, dan terdampar menjadi siswa jenjang berikutnya di heart of Raandstad)

Tapi senada rupa-rupa dengan tulisannya tracey, saya tidak setuju kalau wanita harus end-up di kitchen. berakhir di dapur dalam artian yang biasa dicibirkan mereka yang tidak suka.. Sebelumnya saya sudah sedikit spoiler tentang pandangan saya di comment path momentnya Geni.. bahwa...
dapur bukanlah akhir segalanya...
sebagai anak sulung yang selalu jauh dari orang tua, saya terbiasa memberi makan alias masak makanan saya sendiri, cuci baju sendiri sampai tidur sendiri (yang terakhir nasib kayaknya... curhat jomblo), saya merasa kalau dapur bukanlah sebuah akhir, tapi proses untuk survive, sebagai manusia.. human being! bukan wanita!

Saya tidak mau pergi terlalu dalam tentang pengalaman teman laki-laki yang senasib merantau di negeri orang yang mula-mula kewalahan karena tidak bisa memasak... karena biasa dilayani oleh istri mungkin? tapi yang terjadi kemudian, dia harus bertahan bukan... beberapa bulan kemudian, masakan mereka justru sepuluh kali lipat lebih enak dari masakan saya... oh man! how could you do that!!

itulah.. dapur hanya proses manusiawi manusia menjalani hidupnya!

dan tentang wanita berpendidikan yang harus ke dapur..
mungkin... ini mungkin lho ya...
mungkin ini adalah value-apa ya nilai... dari seorang wanita Indonesia (mungkin). saya tidak mau mendeskritkan Indonesia lho ya. tapi semua sindiran tentang saya harus berakhir di dapur datang dari mereka wanita-wanita Indonesia yang sudah menikah tentunya.....

yes, point pendidikan dan persamaan gender seperti yang dibilang mbak tracey pastinya benar...
tapi poin saya, kenapa saya bilang dapur bukan akhir, tapi proses alami manusia, adalah.. ketika seseorang tahu kemana dia akan berlabuh pada akhirnya (seperti penggunaan kata end-up) maka saya pikir dia... berhenti hidup! ketika kita berproses, berevolusi untuk suatu tujuan, maka disitulah esensi kehidupan sebenarnya... kalau ending dari hidup kita sudah ditentukan di dapur, maka Ibu-ibu bapak-bapak jangan marah kalau anak perempuan anda yang masih SD rapotnya merah semua!

tapi masa iyaaa... kita mau kembali ke jaman sebelum Kartini menulis habis gelap terbitlah terang???

Tenang, kodrat wanita tidak akan hilang kok kalau dapur dijadikan sebagai proses, dan bukan akhir! bukannya pria tidak akan pernah melahirkan dan wanita tidak akan pernah punya testosteron alami?

another spoiler, saya adalah product dari working mom... sebelum akhirnya krisis 98 membuat mama harus mengakhiri karirnya... dan lihatlah saya, Insya Allah saya tidak kurang suatu apa.. (kecuali saya kurang kurus dan masih single itu ajah siiih)
sudahlah... tulisan saya memang sampah seperti biasa. ini hanya pemikiran saya... mbak Tracey tulisannya keren..

Sabtu, 16 Januari 2016

Nijmegen - the city of Jasper


Ditemani secangkir seattle latte frozen coffee nya starbucks seharga 2.50 euro, mantap melangkahkan kaki sendirian ke kota Aa Jasper! kota yang sudah lama masuk wish list tapi waktu Pandora Box pertama belum sempat dikunjungi.... akhirnya........ berbekal grup tiket seharga 7.00 euro PP, saya menempuh 1jam perjalanan ke kota yang lumayan tua di Pandora Box... seperti biasa naik intercity NS dari Utrecht Centraal......

Sampai disana.. op.op. salju!!!!!
norak norak an dulu,,

turun dari kereta langsung norak nangkep-nangkepin kapas dingin yang turun dari langit.... tetiba pengin nyanyi .... tok..tok...tok "Elsa, do you wanna build a snowmaaaaaan?"   ,,,,, "okay...bye" tapi saljunya gak cukup tebal sehingga gagal bikin snowman!

op..op....
next stop.. Valkhof Park!! idiiiy... eduuuun.....
Romantis yaaa,,,, ihiiy ini pemandangan dari valkhof ke arah sungai... demi apaaaa?? si nijmegen ini gila, cantik parah.. meskipun udara sudah 2derajat... bbbrrr,.. dingin tetep.... kota ini keren banget! hawa-hawa kota tua ala Pandora Box!


dua gambar di atas adalah volkhof yang tadi aku bilang.... volkhof ini dulu bekas markas tentara roman jamannya perang... ihiiiiy, mereka dulu bikin barak2 gitu di sini.. keren ya. tiba-tiba langsung kebayang empire movie yang main Orlando Bloom.. salah fokus!
gerbangnya ajah keren......
well, anyway.... Nijmegen meninggalkan kesan yang... ,,aku tetiba jatuh cinta pada pandangan pertama sama kota di timur Pandora Box!

Grote markt nya tua ya.. iyah... Kota ini dulunya lumayan politis banget posisinya.... sampe dibom... duaaar! well, saya gak begitu paham tentang sejarah kotanya.. tapi... solo trip kali ini worthy one!!!!



ups, tak lupa ada foto soekarno di museum valkhof!!!!!
bangga yah jadi orang Indonesia....
well, sesuai cita-cita saya jadi presiden, someday, my picture will be on the wall of a big museum in Europe! Ganbatte ne!





Sabtu, 09 Januari 2016

I love going to Museum



Hari ini dapat kunjungan dari mama Laksmi dan dua bocah cantiknya, keliling utrecht, akhirnya kami memutuskan masuk ke museum speelklok. Museum ini isinya tentang self-playing alat musik, dari jaman dahulu sampai yaaah.. early 19th century lah ya...

Hampir salah fokus, karena tour guide kami hari ini om Hans sangat tampan menawan, hampir saja saya meninggalkan nomor handphone ala-ala Carly rae Jepsen, "here is my number, call me maybe" sambil lempar pandangan menggoda, haiyaaah....

Weekend saya di Pandora Box memang tidak pernah jauh dari masuk satu museum ke museum lainnya... saya sangat suka sejarah (lebih tepatnya suka sesuatu yang kuno dan cerita di baliknya). Meskipun sampai sekarang saya belum punya museum kaart hahahaha... tapi tak apalah.. rejeki banget bisa menatap puas si om tour guide pagi ini.. langsung sejuk nih mata...


Selasa, 05 Januari 2016

aku ini kenapa sih? tentang mimpi menjadi Presiden


Saya lagi suka banget pake headphone! iyah headphone bukan earphone....!

Well, hidup saya serba berwarna-warni di Pandora Box. Seperti mimpi, rasanya tidak ingin kembali...
Rasanya seperti Paradox ya.. saya dibiayai oleh negara untuk mengenyam pendidikan dan menyerap ilmu sebanyak-banyaknya di negara orang, tapi dalam hati saya tidak ingin kembali....

Aaaaah... pokoknya pergulatan itu selalu menghantui saya sejak hari pertama menginjakkan kaki di Pandora Box...

Tentu di kepala saya ada beberapa mimpi tentang kembali ke negeri tercinta. Dari kecil saya terobsesi menjadi seorang Presiden... terdengar retrorik mungkin. Tapi, saya versi kecil selalu bermimpi menjadi orang nomor satu.. katakanlah seorang Presiden...

Sejak kecil, saya terkenal keras kepala. Semua yang saya inginkan, harus bisa saya dapatkan. Termasuk kali ini mungkin.... mimpi menjadi Presiden. Saya sedang menuju ke sana.... menyusun strategi panjang menjadi orang nomor satu di Indonesia..

Jika nanti saya benar-benar menjadi presiden, anda yang membaca postingan saya saat ini (bukan mereka yang mengetahui bahwa presidennya pernah menulis ini di blog) mungkin perlahan-lahan akan percaya bahwa pemimpi kecil keras kepala seperti saya sedang menantang hidup.... menantang masa depan..

Lalu, apa hubungannya tidak ingin kembali?

Saya tidak ingin kembali pada bumi pertiwi yang sekarang.. tapi saya akan kembali kepada pertiwi yang sejuta kali lebih baik... 
ketika tidak ada lagi mereka yang kelaparan, anak-anak mendapat pendidikan yang layak, kesehatan terjamin.....
Tapi... saya tidak bisa mewujudkannya secara instan..Pertiwi butuh anda! Pertiwi butuh kita....... Pertiwi butuh lebih dari sepuluh pemuda yang peduli pada masa depan tanah airnya... Mungkin banyaaaaaaak sekali pemuda terpelajar di negeri saya tapi, bukan itu yang Pertiwi butuhkan.... 

Pemuda terpelajar, bertingkah sederhana, dengan kepekaannya mencoba melakukan hal-hal sederhana berdampak luar biasa untuk negeri. Sudah banyak , terlalu banyak bahkan pemuda terpelajar, tapi... akan lebih baik jika pemuda-pemuda itu berani memikirkan nasib tumpah darahnya... 

Sekali lagi, saya tidak ingin kembali ke Pangkuan Ibu Pertiwi.. Tapi yang saya inginkan, saya kembali menjadi bagian bangsa yang besar lima belas tahun mendatang... menjadi pelopor besarnya bangsa tanah kelahiran saya...

Empat tahun ke depan mungkin, saya akan menyandang gelar doktor, menjadi seorang scholar.... lalu saya akan mengepak barang saya, bersiap untuk menjadi Presiden Republik ini........ saya tidak akan kembali, tapi.. menantang mimpi ke depan.... ultimate dream! becoming a Presiden..

Ya Allah, aku mohon dengan sangat, peluklah mimpi saya sekali lagi...



Minggu, 03 Januari 2016


Ketemu lagi dengan Mas Bell (bukan nama sebenarnya..) di Pandora Box... awalnya hanya ingin mengantar dia, siapa sangka storing kereta membuat kami harus lari-lari naik turun spoor hahahaha...!
But it was fun :)
Mas Bell hampir ketinggalan kereta balik ke UK, untuknya last time kereta ke Brussell jadi berangkat,, kalau gak, gak ngerti lagi deh gimana...

Anyway,,, saya lagi gak tahu mau posting apa.. saya hanya ingin menandai hari ini di blog..


Sabtu, 02 Januari 2016

Melihat Alpen


Sebagai orang Indonesia yang katrok dan norak, saya anak kampung terpesona melihat barisan pegunungan Alpen. Kesempatan kali ini saya berada di Fussen Jerman. Meskipun bukan berada di puncak tertinggi, saya sudah cukup merasa puas dan senang.

Berawal dari masa kecil yang gak jauh-jauh dari permen karamel merek alpen**** saya versi kecil menjadikan Alpen sebagai salah satu wish list, setelah Paris tentunya... Menatap bungkus kosong permen tersebut, saya berkata pada diri sendiri, kalau dengan mata ini saya akan melihat Alpen suatu hari nanti... Kala itu entah bagaimana caranya, tapi saya yakin suatu hari nanti saya akan sampai kepada tempat yang menjadi merek permen karamel tersebut.

Jujur, saya bukan tipe pendaki gunung. Kalau boleh memilih saya lebih betah berlama-lama di pantai daripada gunung.. Namun, daya tarik si Alpen ini dahsyat buat saya. Entah mungkin hanya karena rasa si permen yang enak, hingga saya yang anak pantai terpikir untuk sampai ke Alpen...

Hari itu, 28 Desember 2015 jadi salah satu hari bersejarah buat saya,, saya bisa melihat si gunung yang ada di kemasan permen favorite.. persis seperti gambar di kemasan permen, puncaknya dipenuhi salju berwarna putih... dan di kakinya padang hijau membentang, lengkap dengan rumah kecil-kecil...

Hari itu juga sekali lagi saya percaya, kalau, bermimpi itu....... sangat sederhana
Lihat saja saya! berawal dari meratapi bungkus permen, hingga mensugesti alam bawah sadar saya sendiri untuk sampai ke titik tujuan saya... Saya yakin, bahwa, Allah Tuhan semesta alam tahu apa yang menjadi keinginan hambanya... dan sekali lagi saya dikejutkan oleh kuasa Nya menjadikan apa yang selama ini hanya menjadi mimpi bocah kere ingusan menjadi nyata......

Kalau kamu?
apa mimpimu?

Jumat, 01 Januari 2016

tentang duduk di kereta melawan arah

Sebagai mahasiswa di negeri orang, saya termasuk pengguna kereta.. moda transportasi yang sangat ngetop di Pandora Box.


Sebagai pengguna kereta api, saya senang sekali duduk melawan arah.. mungkin orang sering memilih posisi duduk searah jalannya kereta, tapi saya sebaliknya.kenapa?
Ada filosofi yang saya tanamkan tentang itu semua... 
Duduk berlawanan arah buat saya seperti mundur ke masa lalu.. 

Ya, saya memang aneh.. sangat aneh mungkin, tapi begitulah...
setiap kali melakukannya, hati saya merasa sakit, karena ada beberapa hal di masa lalu yang buruk dan saya tidak dapat merubahnya. Dan dengan duduk dengan posisi begitu, saya seperti pergi sebentar ke masa lalu. Benar, saya tidak bisa kembali ke masa lalu, atau merubah apapun... Tapi, seperti film dokumentari yang diputar, satu persatu kenangan masa lalu datang di pikiran saya...

Ketika rasa rindu terhadap seseorang datang, saya sering dengan sengaja naik sprinter (kereta lambat) untuk sekedar duduk melawan arah dan memutar beberapa kejadian.

hari ini, 1 januari 2016, saya baru saja menutup buku tentangnya ....

Saya pergi ke Groningen, hari ini, menatap satu persatu tempat yang pernah kami datangi bersama,. berusaha menemukan dia di sana, sedikit kenangan mungkin bisa menyelamatkan segalanya..

Tempat kami pertama kali bertemu, perpustakaan, martini, flokstra...

Puas berjalan dengan perasaan sangat emosional, setelah dua tahun berlalu, rasanya aneh, ada sesuatu yang hilang.. saya sudah lama tidak berusaha menghubunginya lagi. saya merasa seperti berada di garis aman, merasa cukup dengan menjadi seorang teman dan tidak pernah berani menembus boarder line di antara kami..


Setelah puas mendatangi tempat-tempat penuh kenangan itu,.... saya berteriak di Grote Markt di depan Martini kira-kira seperti ini.. " Sorry if he didn't keep his promise to see you once more Martini, But at least I did! I keep my promise to see you again. Although without him" 
Dan tragisnya, saya menangis setelah itu....... rasanya menyesakkan..

Untungnya saya pergi sendiri.. jadi,... hanya beberapa petugas kebersihan yang bekerja membersihkan sisa-sisa kembang api semalam, dan satu dua orang yang mungkin melihat saya sejenak....

Pulang dari Groningen, saya naik kereta jurusan Rotterdam, selama 2 jam, saya duduk melawan arah kereta..... sambil berusaha menutup semuanya... Setidaknya setelah semua kejadian, dan setelah saya menepati janji saya untuk bertemu Martini walau tanpa dia..... saya merasa lega, dan ikhlas menutup kisah ini.....

Mungkin hanya saya yang merasa dan dia tidak. Tapi ya sudahlah.....