me_and this uncertain world

me_and this uncertain world
(tulisan ini menelanjangi isi hati saya)

Minggu, 28 Desember 2014

bullying

Saya dulu korban bully! Mungkin anda tidak percaya, tapi ya saya dulu sering di bully.

Sejak saya kecil saya sering dibilang gendut. Sampai detik inipun setelah saya berhasil mengeluarkan 20kg dari tubuh saya, orang masiih bilang saya gendut.

Saya tidak pernah tahu apa yang terjadi dengan saya. Mungkin perasaan saya sudah mati, tapi seingat saya, saya tidak pernah merasa sakit hati karenanya. Entahlah, saya tidak pernah memusingkan kekurangan saya yang kelebihan berat badan cenderung overweight. Dalam masa kecil-remaja-hingga dewasa saya, saya sangat bangga cenderung over PD malah. Kalau dihitung-hitung lebih banyak kelebihan yang saya punya dibanding kekurangan saya (saya sendiri baru sadar kalau gendut itu sebuah kekurangan setelah banyak orang yang mem-bully saya)

Saya jago sekali main voli! dulu saya hampir masuk timnas U13 kalau saja formulir pendaftarannya tidak dibuang oleh Ibu saya. Saya juga jago main catur. Meskipun bukan ranking satu di kelas tapi saya ini termasuk anak yang pintar. Semasa sekolah saya selalu ada di top 10, masuk sekolah unggulan, ketrima UMPTN Universitas negeri, jago Inggris juga. Saya juga aktif dan populer di ekskul sekolah - nah kalau kata "populer" sendiri saya tidak tahu apa saya populer karena keahlian saya, atau karena predikat gendut ini.

Pem-bully-an besar-besaran terhadap saya terjadi ketika saya ikut salah satu ekskul waktu SMP. Kebetulan waktu itu saya naksir monyet-monyetan sama tosser tim putra hahaha, cerita jaman bau kencur banget ini. Nah kebetulan selain satu ekskul voli, kami juga gabung di ekskul sebelah. Bisa dibilang saya mau ikut ekskul sebelah karena mau stalker tosser yang merangkap kakak kelas ini. Dia baik banget. Hubungan kami juga baik-baik saja, dia juga tidak tahu kalau saya naksir dia diam-diam. Hubungan kami seperti kakak adik, karena seluruh anggota tim voli memang seperti keluarga. Bahkan di lapangan kami saling mengerti tanpa harus bilang apa-apa. Saya yang juga tosser harus mengerti bola seperti apa yang dimau spiker saya, dan sebaliknya.

Singkat cerita, mungkin sinyal-sinyal yang saya kirim terlalu keras, sehingga ketahuan sama teman dari ekskul sebelah. Suatu hari, saya dipaksa cerita tentang perasaan saya. Yang memaksa adalah seorang teman wanita. Aku sangat mempercayai dia, sebagai teman. Rumah kami berdekatan, sehari-hari kami pergi dan pulang sekolah bersama. Pokoknya kami cukup dekat. Dengan janji manisnya yang mau menutup rahasia cecintaan monyet ini rapat-rapat, temen yang satu ini berhasil membujuk saya buat curhat!

Walhasil semua terbongkar. Saya merasa nyaman cerita hari itu karena teman ini mengaku dia juga punya perasaan yang sama dengan kakak kelas ini. Oke! tapi yang terjadi besok pagi. jeng jeng jeng!!! Semua anggota ekskul sebelah tahu kalau saya naksir tuh kakak kelas. Sejak hari itu, seantero sekolah tahu kalau saya suka dengan si kakak kelas itu. Dan proses bullying dimulai.......

Semua berdesas-desus bagaimana mungkin saya yang super gendut bisa naksir kakak kelas yang populer itu... Beberapa kakak kelas wanita yang lain juga selalu berpandangan sinis sejak itu. si kakak kelas yang saya taksir juga tidak pernah menyapa saya sejak itu.

Bullying verbal yang saya alami membuat mungkin reputasi saya di SMP menjadi jelek. Cewek gendut yang naksir kakak kelas yang lumayan populer. Well, kalau di film-film akhinya happy ending. Tapi dalam kisah saya tidak tuh! Si kakak kelas lulus begitu saja. dan tidak mau berbicara dengan saya sampai hari itu. Saya sudah lama tidak dapat kabar dari si Kakak kelas yang saya naksir ini. Tapi bukan itu poin-nya.

Bully-an itu berlangsung hingga saya kelas dua SMP. Tapi, ya itu tadi, saya tidak pernah ambil pusing tentang apa yang mereka katakan. Saya terbiasa mencari bahagia saya sendiri. Apa yang mereka bilang baik, keren, cantik, belum tentu kan sama dengan apa yang menjadi presepsi kita.

Ya sudahlah......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar