http://www.traceyyani.com/why-study-women-with-titles-will-end-up-in-kitchen/
link di atas, akan memberikan new perspective buat anda..... sungguh!
Penulisnya adalah PhD candidate dari Oxford University. dan dia adalah perempuan....
berbeda dengan saya, yang masih single, teman saya ini Tracey sudah berkeluarga, berdua dengan suami merantau jauh dari tanah air. Untuk saya yang single, mungkin kalian akan berpikir tahu apaaaa saya tentang hubungan antara menikah dan wanita harus end up in kitchen! Memang, saya tidak tahu,,, bagaimana rasanya menjadi seorang istri.. sehingga mungkin beberapa dari kalian akan berpikir belum saatnya saya terlibat dalam debat yang lagi populer seantero jagad sosmed working mom vs home-stayed mom! Saya juga bukan wanita berpendidikan tinggi seperti yang neng Tracey bilang di blognya (saya cuma lulusan universitas negeri di timur pulau jawa, melanjutkan master di kampus yang ada di jalan ganesha, lalu menang lotere untuk mengambil master lagi di utara Belanda, dan terdampar menjadi siswa jenjang berikutnya di heart of Raandstad)
Tapi senada rupa-rupa dengan tulisannya tracey, saya tidak setuju kalau wanita harus end-up di kitchen. berakhir di dapur dalam artian yang biasa dicibirkan mereka yang tidak suka.. Sebelumnya saya sudah sedikit spoiler tentang pandangan saya di comment path momentnya Geni.. bahwa...
dapur bukanlah akhir segalanya...
sebagai anak sulung yang selalu jauh dari orang tua, saya terbiasa memberi makan alias masak makanan saya sendiri, cuci baju sendiri sampai tidur sendiri (yang terakhir nasib kayaknya... curhat jomblo), saya merasa kalau dapur bukanlah sebuah akhir, tapi proses untuk survive, sebagai manusia.. human being! bukan wanita!
Saya tidak mau pergi terlalu dalam tentang pengalaman teman laki-laki yang senasib merantau di negeri orang yang mula-mula kewalahan karena tidak bisa memasak... karena biasa dilayani oleh istri mungkin? tapi yang terjadi kemudian, dia harus bertahan bukan... beberapa bulan kemudian, masakan mereka justru sepuluh kali lipat lebih enak dari masakan saya... oh man! how could you do that!!
itulah.. dapur hanya proses manusiawi manusia menjalani hidupnya!
dan tentang wanita berpendidikan yang harus ke dapur..
mungkin... ini mungkin lho ya...
mungkin ini adalah value-apa ya nilai... dari seorang wanita Indonesia (mungkin). saya tidak mau mendeskritkan Indonesia lho ya. tapi semua sindiran tentang saya harus berakhir di dapur datang dari mereka wanita-wanita Indonesia yang sudah menikah tentunya.....
yes, point pendidikan dan persamaan gender seperti yang dibilang mbak tracey pastinya benar...
tapi poin saya, kenapa saya bilang dapur bukan akhir, tapi proses alami manusia, adalah.. ketika seseorang tahu kemana dia akan berlabuh pada akhirnya (seperti penggunaan kata end-up) maka saya pikir dia... berhenti hidup! ketika kita berproses, berevolusi untuk suatu tujuan, maka disitulah esensi kehidupan sebenarnya... kalau ending dari hidup kita sudah ditentukan di dapur, maka Ibu-ibu bapak-bapak jangan marah kalau anak perempuan anda yang masih SD rapotnya merah semua!
tapi masa iyaaa... kita mau kembali ke jaman sebelum Kartini menulis habis gelap terbitlah terang???
Tenang, kodrat wanita tidak akan hilang kok kalau dapur dijadikan sebagai proses, dan bukan akhir! bukannya pria tidak akan pernah melahirkan dan wanita tidak akan pernah punya testosteron alami?
another spoiler, saya adalah product dari working mom... sebelum akhirnya krisis 98 membuat mama harus mengakhiri karirnya... dan lihatlah saya, Insya Allah saya tidak kurang suatu apa.. (kecuali saya kurang kurus dan masih single itu ajah siiih)
sudahlah... tulisan saya memang sampah seperti biasa. ini hanya pemikiran saya... mbak Tracey tulisannya keren..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar