Aku tahu diri,
aku tidak mau berharap dengan apa yang sejauh ini menjadi mimpi-mimpi
terbesarku. Aku menjalani hari-hariku dengan harapan yang tidak jadi
nyata. Aku menjalani hariku dengan biasa
saja. Tidak ada yang istimewa, tidak ada yang luar biasa.
Kecuali, hari
pertama aku mengenalnya. Iya, benar! Aku tidak pernah menginginkan sesuatu
seperti ini. Aku juga tidak pernah mengharapkan sesuatu sedalam ini. Aku mengenalnya
pertama kali di panggung festival budaya. Namanya Arjuna. Tapi itu bukan nama
sebenarnya. Maksudku, dia Arjuna tokoh pewayangan tanah jawa yang kukenal
setahun yang lalu di panggung festival budaya. Pemerannya? Persetan dengan pemerannya. Aku hanya
suka pada Arjuna saja, Arjuna di panggung festival budaya.
Aku terpesona. Katakanlah
aku jatuh cinta. Setiap sabtu malam minggu aku pasti datang ke panggung ini,
bertemu Arjuna-ku. Menatapnya dari bangku baris ketiga dari panggung, mengagumi
Arjuna-ku dan setiap gerakannya. Dia terlalu indah. Intinya, aku jatuh cinta. Aku
menghabiskan malam-malam mingguku selama setahun penuh di bangku ini.
Menikmati
indahnya sensasi cinta yang bukan pertama kali kurasakan.
Aku pernah jatuh
cinta di dunia nyata. Bukan berarti Arjuna-ku itu tidak nyata. Hanya saja, kali
ini berbeda. Aku jatuh cinta dua kali sebelumnya, dengan orang yang salah. Yang
pertama pergi menghempaskan cintaku hanya karena aku tidak cantik. Dengan kata
lain, aku ditolak saat kuutarakan isi hatiku. Dia bilang aku tidak pantas untuknya,
Dia bilang, dia memimpikan seorang dewi untuk jadi pendampingnya, bukan wanita
berkaca mata tebal, kutu buku, kuper, pendek jelek. Aku masih ingat rasa
sakitnya ketika dia berkata seperti itu. Aku masih bisa merasakan tiap detail
sakit di hatiku saat dia bilang begitu.
Yang kedua kali,
aku ditinggalkan kekasihku karena dia pergi dengan wanita yang sudah lama
menjadi mimpinya. Dan sialnya wanita itu datang lagi di kala kekasihku itu
tengah menjalin hubungan denganku. Dia meminta maaf berkali-kali. Yang terakhir
diiringi air mata di pelupuknya. Aku tidak tahu itu air mata apa, air mata
penyesalan karena telah membohongiku, berpura-pura mencintaiku, dan
mengkhianatiku atau air mata bahagia karena akhirnya dia terlepas dariku wanita
berkaca mata tebal, kutu buku, kuper, pendek jelek dan akhirnya mendapatkan
wanita impiannya.
Aku tidak tahu
mana yang lebih sakit. Kejujuran karena dari awal cintaku ditolak dihempaskan,
atau kebohongan panjang yang akhirnya sampai pada kebenaran yang menyakitkan. Aku
tidak melihat bedanya, lebih parahnya aku tidak ingat mana yang lebih
menyakitkan. Rasanya sama. Seperti tiba-tiba ada pisau super tajam yang menusuk
dadamu, bukan hanya sekali, tapi berkali-kali. Dan kau tidak kuasa untuk
berontak, hatimu koyak tidak ada obatnya. Yang bisa dilakukan hanya menahan
sakitnya sampai waktu menyembuhkannya.
Dan kali ini, aku
memutuskan untuk jatuh cinta pada Arjuna-ku. Setidaknya, ketika aku memberikan
cintaku pada sesuatu yang tidak nyata, sakitnya tidak akan terasa. Itu sih
hanya asumsiku. Begini, bila kau jatuh cinta pada sesuatu yang abstrak yang
tidak jelas eksistensinya di dunia nyata, maka ketika cintamu tidak terbalas
sakitnya juga tidak akan nyata, tidak akan jelas eksistensinya.
Arjuna-ku menari
dengan gemulai di panggung festival budaya, memainkan jemari lentiknya
seiringan dengan dentingan gamelan. Sesekali dia menggerakan kepalanya ke kanan
dan ke kiri mengikuti arah lampu sorot yang gemerlap. Dan aku jatuh cinta padanya.
Bandung 01 Dec
2012 20:55
Tidak ada komentar:
Posting Komentar