AKU TAKUT MATI
Kemarin aku hampir mati. Untungnya tidak jadi. Dokter bilang
setelah operasi dua hari lagi hidupku akan bertambah beberapa tahun
lagi. Entah benar, entah tidak. Tapi kan aku tidak punya pilihan, jadi
ya sudahlah.
Sebenarnya aku takut menghadapi meja operasi dua hari lagi. Tapi aku
lebih takut mati. Kemarin, waktu aku hampir mati, kau tahu apa yang
terjadi? Seketika kisah-kisah hidupku terpampang dalam benakku seperti
film dokumenter yang diputar. Warnanya hitam putih, menceritakan jelas
beberapa slide kehidupan yang pernah aku alami. Satu persatu, masa
kecilku, masa remaja hingga kejadian baru-baru ini terputar jelas hari
kemarin waktu aku hampir mati.
Kau tidak perlu tanya kenapa aku hampir mati kemarin. Yang jelas
pengalaman itu paling menakutkan dalam hidupku. Aku hobi olahraga pemacu
andrenalin, terjun payung, bungy jumping hingga paralayang. Tapi
pengalaman hampir mati kemarin lebih dari itu semua. Seketika aku ingat
aku pernah berbuat jahat pada orang-orang terdekatku. Aku sering
marah-marah tidak jelas pada sahabat-sahabatku. Aku egois, mau menang
sendiri, suka berbuat onar, dan banyak lagi. Aku menghitung orang-orang
yang pernah kusakiti, dan hebatnya kesepuluh jari tanganku tidak cukup
menjadi alat bantu hitungnya. Terlalu banyak.
Namun, bukan itu alasan aku takut mati. Tapi, aku tidak tahu akan
kemana setelahnya. Aku bukan orang yang tahu agama, bahkan bisa dibilang
tidak kenal Tuhan. Aku menjalani hariku dengan biasa saja, dalam artian
tidak terikat pada satupun norma, baik norma agama maupun norma
kehidupan lainnya.
Untuk pertama kalinya dalam hidup, aku merasa hidupku tidak sempurna.
Hingga hari sebelum kemarin, aku tidak pernah ambil pusing ketika
banyak orang berbicara tentang kematian. Lebih singkatnya aku tidak
peduli. Kalau banyak orang pergi berbondong-bondong ke tempat ibadah,
aku sibuk menghabiskan waktu dari satu klub malam ke klub malam lainnya.
Hingga hari sebelum kemarin, aku berpikir hidupku yang hanya sekali
harus kumanfaatkan dengan menikmati setiap detiknya dengan cara yang
kusuka. Tidak peduli itu baik atau buruk, selama aku suka akan
kulakukan.
Dan untuk pertama kalinya aku merasa hidupku hampa. Penyebabnya,
karena aku tidak akan tahu akan kemana setelah mati. Bisa dibilang aku
tidak punya tujuan, Petak kuburan mungkin terlalu sempit untukku hingga
aku takut menghadapinya. Lebih parahnya lagi, aku tidak mau disana
selamanya. Aku tidak mau. Dan tampaknya hingga detik ini aku tidak tahu
kemana aku akan pergi setelah mati. Aku tidak mau sendirian di dalam
kubur yang sempit itu, pasti gelap tanpa cahaya, pokoknya menakutkan.
Kemarin aku hampir mati, dan sekarang aku berharap operasi yang akan
kujalani berhasil dua hari lagi. Kalau tidak, aku tidak tahu apa yang
akan terjadi padaku. Aku janji deh, kalau aku tidak jadi mati, aku akan
belajar mengenal Tuhan setelahnya.
Dua hari kemudian, aku melihat Ibuku menangisiku di ruang tunggu rumah sakit.
“Maaf, kami sudah berusaha semampunya,” kata dokter yang mengoperasiku.
Ibuku menangis, ayahku juga, adikku, dan kakak laki-lakiku.
Jadi ini rasanya mati? Hey! Lalu aku akan kemana setelahnya. Aku kan
sudah bilang, aku tidak mau sendirian dalam kubur yang sempit itu.
Dan seketika, aku menyesal, kenapa aku tidak mengenal Tuhan terlebih
dahulu sebelum aku mati. Tampaknya tidak akan seburuk ini jika aku
menyiapkan diriku untuk mati sebelumnya. Dan ketika buku kehidupanku
ditutup aku tidak tahu kemana akan pergi, atau kepada siapa aku akan
bergantung setelah ini.
Bandung 04 Dec 09:27
Tidak ada komentar:
Posting Komentar