Perkenalkan! Ini monster ladang jagung. Yang mengambil sahabat-sahabatku.
Pertama kali aku mengenal monster ladang jagung, dia tidak punya
teman. Lalu aku mengajaknya, mengenalkan dia dengan teman-teman
sepermainanku. Awalnya monster ladang jagung tidak serakus itu mengambil
semua sahabatku. Awalnya kami sering bermain bersama, aku,
sahabat-sahabatku dan monster ladang jagung.
Hingga suatu hari, aku merasa satu-persatu sahabat-sahabatku
meninggalkanku. Awalnya aku tidak menyangka kalau mereka meninggalkanku
karena monster ladang jagung. Awalnya aku mengira aku yang bersikap
kasar pada mereka, hingga mereka tidak mau lagi bersahabat denganku.
Lalu, seekor burung pipit bilang ini pekerjaan monster ladang jagung.
Burung pipit itu mengatakan padaku kalau monster ladang jagung mengadu
domba aku dan sahabat-sahabatku. Monster ladang jagung bilang aku tidak
pantas untuk berteman dengan mereka. Monster ladang jagung itu menghasut
sahabat-sahabatku hingga tidak ada satupun sahabat-sahabatku yang mau
bermain lagi denganku.
Ketika aku bertanya pada sahabat-sahabatku, mereka membela monster
ladang jagung. Katanya monster ladang jagung itu anak yang baik hati.
Mereka bilang aku yang terlalu memojokkan monster ladang jagung. Kalau
sudah begini, aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Sahabat-sahabatku
tidak ada yang percaya padaku, mereka lebih percaya pada monster ladang
jagung.
Kemudian, aku meninggalkan mereka. Aku tidak lagi mau ambil pusing
tentang sahabat-sahabatku yang pergi dengan si monster ladang jagung.
Aku tidak lagi peduli dengan apa yang menjadikan sahabat-sahabatku itu
berubah menjauhiku. Karena aku tahu, suatu hari nanti kebenaran akan
terungkap dan monster ladang jagung akan menunjukkan rupa sebenarnya.
Beberapa tahun kemudian, aku berdiri di makam sahabat-sahabatku.
Orang tua mereka bilang, monster ladang jagung memangsa mereka
satu-persatu. Monster ladang jagung yang jahat itu telah menelan temanku
bulat-bulat. Tapi, tidak ada penyesalan dalam hidupku, karena aku telah
mengatakan pada sahabat-sahabatku sebelumnya. Perkara mereka percaya
padaku atau tidak itu urusan lain.
Bandung 03 Dec 2012 20:37
me_and this uncertain world
Senin, 03 Desember 2012
AKU TAKUT MATI
AKU TAKUT MATI
Kemarin aku hampir mati. Untungnya tidak jadi. Dokter bilang setelah operasi dua hari lagi hidupku akan bertambah beberapa tahun lagi. Entah benar, entah tidak. Tapi kan aku tidak punya pilihan, jadi ya sudahlah.
Sebenarnya aku takut menghadapi meja operasi dua hari lagi. Tapi aku lebih takut mati. Kemarin, waktu aku hampir mati, kau tahu apa yang terjadi? Seketika kisah-kisah hidupku terpampang dalam benakku seperti film dokumenter yang diputar. Warnanya hitam putih, menceritakan jelas beberapa slide kehidupan yang pernah aku alami. Satu persatu, masa kecilku, masa remaja hingga kejadian baru-baru ini terputar jelas hari kemarin waktu aku hampir mati.
Kau tidak perlu tanya kenapa aku hampir mati kemarin. Yang jelas pengalaman itu paling menakutkan dalam hidupku. Aku hobi olahraga pemacu andrenalin, terjun payung, bungy jumping hingga paralayang. Tapi pengalaman hampir mati kemarin lebih dari itu semua. Seketika aku ingat aku pernah berbuat jahat pada orang-orang terdekatku. Aku sering marah-marah tidak jelas pada sahabat-sahabatku. Aku egois, mau menang sendiri, suka berbuat onar, dan banyak lagi. Aku menghitung orang-orang yang pernah kusakiti, dan hebatnya kesepuluh jari tanganku tidak cukup menjadi alat bantu hitungnya. Terlalu banyak.
Namun, bukan itu alasan aku takut mati. Tapi, aku tidak tahu akan kemana setelahnya. Aku bukan orang yang tahu agama, bahkan bisa dibilang tidak kenal Tuhan. Aku menjalani hariku dengan biasa saja, dalam artian tidak terikat pada satupun norma, baik norma agama maupun norma kehidupan lainnya.
Untuk pertama kalinya dalam hidup, aku merasa hidupku tidak sempurna. Hingga hari sebelum kemarin, aku tidak pernah ambil pusing ketika banyak orang berbicara tentang kematian. Lebih singkatnya aku tidak peduli. Kalau banyak orang pergi berbondong-bondong ke tempat ibadah, aku sibuk menghabiskan waktu dari satu klub malam ke klub malam lainnya. Hingga hari sebelum kemarin, aku berpikir hidupku yang hanya sekali harus kumanfaatkan dengan menikmati setiap detiknya dengan cara yang kusuka. Tidak peduli itu baik atau buruk, selama aku suka akan kulakukan.
Dan untuk pertama kalinya aku merasa hidupku hampa. Penyebabnya, karena aku tidak akan tahu akan kemana setelah mati. Bisa dibilang aku tidak punya tujuan, Petak kuburan mungkin terlalu sempit untukku hingga aku takut menghadapinya. Lebih parahnya lagi, aku tidak mau disana selamanya. Aku tidak mau. Dan tampaknya hingga detik ini aku tidak tahu kemana aku akan pergi setelah mati. Aku tidak mau sendirian di dalam kubur yang sempit itu, pasti gelap tanpa cahaya, pokoknya menakutkan.
Kemarin aku hampir mati, dan sekarang aku berharap operasi yang akan kujalani berhasil dua hari lagi. Kalau tidak, aku tidak tahu apa yang akan terjadi padaku. Aku janji deh, kalau aku tidak jadi mati, aku akan belajar mengenal Tuhan setelahnya.
Dua hari kemudian, aku melihat Ibuku menangisiku di ruang tunggu rumah sakit.
“Maaf, kami sudah berusaha semampunya,” kata dokter yang mengoperasiku.
Ibuku menangis, ayahku juga, adikku, dan kakak laki-lakiku.
Jadi ini rasanya mati? Hey! Lalu aku akan kemana setelahnya. Aku kan sudah bilang, aku tidak mau sendirian dalam kubur yang sempit itu.
Dan seketika, aku menyesal, kenapa aku tidak mengenal Tuhan terlebih dahulu sebelum aku mati. Tampaknya tidak akan seburuk ini jika aku menyiapkan diriku untuk mati sebelumnya. Dan ketika buku kehidupanku ditutup aku tidak tahu kemana akan pergi, atau kepada siapa aku akan bergantung setelah ini.
Bandung 04 Dec 09:27
Kemarin aku hampir mati. Untungnya tidak jadi. Dokter bilang setelah operasi dua hari lagi hidupku akan bertambah beberapa tahun lagi. Entah benar, entah tidak. Tapi kan aku tidak punya pilihan, jadi ya sudahlah.
Sebenarnya aku takut menghadapi meja operasi dua hari lagi. Tapi aku lebih takut mati. Kemarin, waktu aku hampir mati, kau tahu apa yang terjadi? Seketika kisah-kisah hidupku terpampang dalam benakku seperti film dokumenter yang diputar. Warnanya hitam putih, menceritakan jelas beberapa slide kehidupan yang pernah aku alami. Satu persatu, masa kecilku, masa remaja hingga kejadian baru-baru ini terputar jelas hari kemarin waktu aku hampir mati.
Kau tidak perlu tanya kenapa aku hampir mati kemarin. Yang jelas pengalaman itu paling menakutkan dalam hidupku. Aku hobi olahraga pemacu andrenalin, terjun payung, bungy jumping hingga paralayang. Tapi pengalaman hampir mati kemarin lebih dari itu semua. Seketika aku ingat aku pernah berbuat jahat pada orang-orang terdekatku. Aku sering marah-marah tidak jelas pada sahabat-sahabatku. Aku egois, mau menang sendiri, suka berbuat onar, dan banyak lagi. Aku menghitung orang-orang yang pernah kusakiti, dan hebatnya kesepuluh jari tanganku tidak cukup menjadi alat bantu hitungnya. Terlalu banyak.
Namun, bukan itu alasan aku takut mati. Tapi, aku tidak tahu akan kemana setelahnya. Aku bukan orang yang tahu agama, bahkan bisa dibilang tidak kenal Tuhan. Aku menjalani hariku dengan biasa saja, dalam artian tidak terikat pada satupun norma, baik norma agama maupun norma kehidupan lainnya.
Untuk pertama kalinya dalam hidup, aku merasa hidupku tidak sempurna. Hingga hari sebelum kemarin, aku tidak pernah ambil pusing ketika banyak orang berbicara tentang kematian. Lebih singkatnya aku tidak peduli. Kalau banyak orang pergi berbondong-bondong ke tempat ibadah, aku sibuk menghabiskan waktu dari satu klub malam ke klub malam lainnya. Hingga hari sebelum kemarin, aku berpikir hidupku yang hanya sekali harus kumanfaatkan dengan menikmati setiap detiknya dengan cara yang kusuka. Tidak peduli itu baik atau buruk, selama aku suka akan kulakukan.
Dan untuk pertama kalinya aku merasa hidupku hampa. Penyebabnya, karena aku tidak akan tahu akan kemana setelah mati. Bisa dibilang aku tidak punya tujuan, Petak kuburan mungkin terlalu sempit untukku hingga aku takut menghadapinya. Lebih parahnya lagi, aku tidak mau disana selamanya. Aku tidak mau. Dan tampaknya hingga detik ini aku tidak tahu kemana aku akan pergi setelah mati. Aku tidak mau sendirian di dalam kubur yang sempit itu, pasti gelap tanpa cahaya, pokoknya menakutkan.
Kemarin aku hampir mati, dan sekarang aku berharap operasi yang akan kujalani berhasil dua hari lagi. Kalau tidak, aku tidak tahu apa yang akan terjadi padaku. Aku janji deh, kalau aku tidak jadi mati, aku akan belajar mengenal Tuhan setelahnya.
Dua hari kemudian, aku melihat Ibuku menangisiku di ruang tunggu rumah sakit.
“Maaf, kami sudah berusaha semampunya,” kata dokter yang mengoperasiku.
Ibuku menangis, ayahku juga, adikku, dan kakak laki-lakiku.
Jadi ini rasanya mati? Hey! Lalu aku akan kemana setelahnya. Aku kan sudah bilang, aku tidak mau sendirian dalam kubur yang sempit itu.
Dan seketika, aku menyesal, kenapa aku tidak mengenal Tuhan terlebih dahulu sebelum aku mati. Tampaknya tidak akan seburuk ini jika aku menyiapkan diriku untuk mati sebelumnya. Dan ketika buku kehidupanku ditutup aku tidak tahu kemana akan pergi, atau kepada siapa aku akan bergantung setelah ini.
Bandung 04 Dec 09:27
Sabtu, 01 Desember 2012
Aku tahu diri,
aku tidak mau berharap dengan apa yang sejauh ini menjadi mimpi-mimpi
terbesarku. Aku menjalani hari-hariku dengan harapan yang tidak jadi
nyata. Aku menjalani hariku dengan biasa
saja. Tidak ada yang istimewa, tidak ada yang luar biasa.
Kecuali, hari
pertama aku mengenalnya. Iya, benar! Aku tidak pernah menginginkan sesuatu
seperti ini. Aku juga tidak pernah mengharapkan sesuatu sedalam ini. Aku mengenalnya
pertama kali di panggung festival budaya. Namanya Arjuna. Tapi itu bukan nama
sebenarnya. Maksudku, dia Arjuna tokoh pewayangan tanah jawa yang kukenal
setahun yang lalu di panggung festival budaya. Pemerannya? Persetan dengan pemerannya. Aku hanya
suka pada Arjuna saja, Arjuna di panggung festival budaya.
Aku terpesona. Katakanlah
aku jatuh cinta. Setiap sabtu malam minggu aku pasti datang ke panggung ini,
bertemu Arjuna-ku. Menatapnya dari bangku baris ketiga dari panggung, mengagumi
Arjuna-ku dan setiap gerakannya. Dia terlalu indah. Intinya, aku jatuh cinta. Aku
menghabiskan malam-malam mingguku selama setahun penuh di bangku ini.
Menikmati
indahnya sensasi cinta yang bukan pertama kali kurasakan.
Aku pernah jatuh
cinta di dunia nyata. Bukan berarti Arjuna-ku itu tidak nyata. Hanya saja, kali
ini berbeda. Aku jatuh cinta dua kali sebelumnya, dengan orang yang salah. Yang
pertama pergi menghempaskan cintaku hanya karena aku tidak cantik. Dengan kata
lain, aku ditolak saat kuutarakan isi hatiku. Dia bilang aku tidak pantas untuknya,
Dia bilang, dia memimpikan seorang dewi untuk jadi pendampingnya, bukan wanita
berkaca mata tebal, kutu buku, kuper, pendek jelek. Aku masih ingat rasa
sakitnya ketika dia berkata seperti itu. Aku masih bisa merasakan tiap detail
sakit di hatiku saat dia bilang begitu.
Yang kedua kali,
aku ditinggalkan kekasihku karena dia pergi dengan wanita yang sudah lama
menjadi mimpinya. Dan sialnya wanita itu datang lagi di kala kekasihku itu
tengah menjalin hubungan denganku. Dia meminta maaf berkali-kali. Yang terakhir
diiringi air mata di pelupuknya. Aku tidak tahu itu air mata apa, air mata
penyesalan karena telah membohongiku, berpura-pura mencintaiku, dan
mengkhianatiku atau air mata bahagia karena akhirnya dia terlepas dariku wanita
berkaca mata tebal, kutu buku, kuper, pendek jelek dan akhirnya mendapatkan
wanita impiannya.
Aku tidak tahu
mana yang lebih sakit. Kejujuran karena dari awal cintaku ditolak dihempaskan,
atau kebohongan panjang yang akhirnya sampai pada kebenaran yang menyakitkan. Aku
tidak melihat bedanya, lebih parahnya aku tidak ingat mana yang lebih
menyakitkan. Rasanya sama. Seperti tiba-tiba ada pisau super tajam yang menusuk
dadamu, bukan hanya sekali, tapi berkali-kali. Dan kau tidak kuasa untuk
berontak, hatimu koyak tidak ada obatnya. Yang bisa dilakukan hanya menahan
sakitnya sampai waktu menyembuhkannya.
Dan kali ini, aku
memutuskan untuk jatuh cinta pada Arjuna-ku. Setidaknya, ketika aku memberikan
cintaku pada sesuatu yang tidak nyata, sakitnya tidak akan terasa. Itu sih
hanya asumsiku. Begini, bila kau jatuh cinta pada sesuatu yang abstrak yang
tidak jelas eksistensinya di dunia nyata, maka ketika cintamu tidak terbalas
sakitnya juga tidak akan nyata, tidak akan jelas eksistensinya.
Arjuna-ku menari
dengan gemulai di panggung festival budaya, memainkan jemari lentiknya
seiringan dengan dentingan gamelan. Sesekali dia menggerakan kepalanya ke kanan
dan ke kiri mengikuti arah lampu sorot yang gemerlap. Dan aku jatuh cinta padanya.
Bandung 01 Dec
2012 20:55
Langganan:
Postingan (Atom)